Menanamkan Konsep Abstrak Bagi Anak, Salah Satunya dengan Bermain Peran
Gambar: pixabay |
“Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan benda, teman, dan orang dewasa dapat mendorong anak-anak berkembang secara fisik, emosi, kognisi atau pola berpikir, dan sosial.”
Sebenarnya bermain peran adalah permainan yang paling sering dilakukan anak-anak. Kata Ani Christina, sering disebut sebagai bermain pura-pura atau berfantasi atau berimajinasi, atau bermain drama.
Jujur saja, saya pernah agak kelagapan saat putri saya bertanya di mana Allah itu, Bunda? Saat itu saya hanya menjawab kalau Allah berada di tempat tertinggi. Jadi Dia bisa melihat segala apapun yang terjadi di mana saja. Mungkin saat itu jawaban saya belum dipahami oleh putri kecil saya, saat itu.
Lalu, suatu saat ketika bermain ke kantor ayahnya, di gedung yang agak tinggi, saya ajak dia untuk melihat ke bawah. Dia takjub kalau dia bisa melihat banyak hal dari atas. Nah, saya pun kembali mengingatkan kalau Allah berada di tempat tertinggi jadi Sang Mahakuasa bisa melihat segala sesuatu yang terjadi. Kemudian , putri saya menjawab, “Iya Bun, aku bisa melihat banyak hal dari atas.”
Gambar: pixabay |
Bermain peran sangat penting untuk mengembangkan emosi, kognisi atau pola berpikir, dan sosial bagi anak-anak. Bermain peran merupakan kekuatan besar membentuk kemampuan-kemampuan penting pada anak. Anak yang bermain peran akan mampu mengembangkan kreativitas, daya ingat atau hafalan, kemampuan kosakata yang banyak, kerja sama kelompok, pemahaman tentang konsep keluarga, pemahaman unsur emosi yang dirasakan orang dari sebuah peristiwa, kemampuan analisis masalah, konsep bangun ruang atau spasial, dan pengendalian diri ketika berinteraksi dengan orang lain.
Saya mencoba mengambil contoh bermain peran belanja-belanjaan dan menjadi kasir. Ini bisa memberikan pengajaran kepada anak tentang pemahaman unsur emosi dan pengendalian diri ketika berinteraksi dengan orang lain. Caranya, saat si anak menjadi pembeli atau belanja-belanjaan, maka kita ajarkan untuk bisa mengantri atau menunggu giliran saat ingin membayar. Dari situ anak akan merasakan bagaimana perasaan menunggu, bersabar, dan bergantian secara langsung.
Saat anak menjadi kasir, anak akan belajar untuk bisa menghargai orang yang menunggu, berkonsentrasi agar barang orang tidak tertukar, dan bekerja dengan ramah agar orang yang menunggu tidak merasa jenuh. Dari bermain peran sudah banyak pelajaran yang didapatkan anak kan? Tentu saja, bermain dan belajar seperti ini butuh pengawasan orang dewasa, agar penanaman konsep-konsep abstrak seperti itu bisa ditangkap dan dipahami oleh anak.
Bagaimana sahabat, sudah mendapatkan sedikit pencerahan tentang bermain peran bisa menjadi salah satu solusi dalam menanamkan konsep abstrak bagi anak-anak, khususnya usia dini? Sudah siap dong bermain peran bersama anak? Silakan berikan tanggapan ya, bermain peran yang seperti apa dan bagaimana, yang paling berkesan atau tak terlupakan hingga kini?
Komentar
Posting Komentar