Merasa Tidak Bahagia Jadi Ibu? Lakukan 5 Hal Ala Lithaetr Ini Yuk, Biar Bahagia Lagi!
Assalamu’alaikum Sahabat Lithaetr,
Hari ini saya mau curhat boleh? Saya merasa perlu menulis tentang ini karena ingin berbagi pengalaman kepada sahabat, yang sekiranya sedang atau pernah merasakan hal serupa, sehingga sahabat tidak akan merasa sendirian lagi untuk bangkit kembali.
Gambar:pixabay |
Siapa yang merasa setelah menjadi ibu semua dunianya berubah? Bagi saya yang memiliki latar belakang sebagai anak tunggal, perubahan itu sangat terasa. Hal kecil saja, jika sebelumnya saya bisa makan makanan favorit tanpa terganggu, semenjak jadi ibu makanan favorit itu harus dibagi ke anak-anak. Kemudian, yang sebelumnya bisa mandi sambil luluran, sekarang saat jadi ibu mandi 10 menit tanpa terganggu saja sudah sangat bersyukur. Apalagi saya itu tipikal orang yang mood (suasana hati) di pagi hari itu harus dijaga banget, kalau mood pagi sudah rusak, sisa hari itu akan bad mood seharian. Jadi, saat memiliki anak perubahan-perubahan dari kecil hingga besar sangat terasa bagi saya.
Waktu saya masih bekerja, masih ada hal yang dijadikan pelarian yaitu mengerjakan pekerjaan kantor dan mengobrol bersama rekan atau teman kerja. Namun, begitu saya memutuskan menjadi irt (ibu rumah tangga), saya sempat stres dan tidak merasa bahagia menjadi ibu. Iya, saya pernah merasakan ingin lari atau pergi yang jauh, bahkan saya pernah berharap anak-anak bisa di pause sejenak hingga menghilang sebentar.
Di saat-saat pergumulan itu, saya berusaha untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Sebab ada kata-kata yang membuat saya tersentak. Ini kata-kata tersebut,
Gambar: Grup Whatsapp Kipas Wonderland |
Kata-kata di atas membuat saya sadar, bila ingin anak-anak bahagia, maka ibunya harus bahagia dulu. Lalu apa yang saya lakukan berikutnya? Saya mencoba melakukan 5 hal yang bisa membuat saya kembali bahagia, apa itu? Simak terus di curhatan saya ini, ya.
Agar rasa tidak bahagia jadi ibu bisa hilang,
“Ibu adalah guru pertama dan utama bagi anaknya. Tapi sayangnya, peran menjadi ibu adalah peran yang paling tidak pernah dipersiapkan dengan baik proses pendidikannya.” – Septi Peni (Owner dan Founder Ibu Profesional).
Bertemu dengan Komunitas Ibu Profesional (IP) membuat saya bersyukur. Dari sinilah, saya kembali dan semakin mengenal siapa diri saya. Perkataan Ibu Septi benar sekali. Kita tidak pernah disiapkan menjadi ibu saat duduk di bangku sekolah. Makanya, yang perlu kita lakukan adalah menyiapkan diri dan menerima dengan ikhlas peran kita sebagai ibu.
1. Menerima kondrat kita sebagai ibu
“Menjadi ibu adalah panggilan hidup. Perlu proses untuk bisa menerima panggilan tersebut dengan sepenuh hati serta meningkatkan kemuliaan peran yang dijalaninya.”
Itulah hal pertama yang saya lakukan. Iya, saya mencari komunitas yang bisa membuat pengetahuan saya meningkat sebagai ibu. Sehingga saya semakin siap dan menerima peran dan tugas saya sebagai ibu. Di IP saya benar-benar kembali difokuskan untuk memetakan hal-hal yang bisa membuat saya bahagia. Dimana nantinya, hal-hal yang membuat bahagia itu bisa dikaitkan saat membersamai anak-anak. Intinya, carilah ilmu sebanyak-banyaknya (bisa dari kajian keagamaan, buku, dan artikel-artikel di internet), agar kita bisa siap menerima peran kita sebagai ibu.
2. Mencari ilmu tentang peran sebagai ibu
Setelah mendapatkan ilmu berharga dari IP, hal kedua yang saya lakukan adalah mencari ilmu dan komunitas lain sebagai penunjang dalam menyalurkan hal-hal bahagia saya. Kalau saya bahagia ketika menulis, mengajar, dan berorganisasi, maka saya mencari komunitas yang bisa mewujudkan hal tersebut, selain masih terus bergabung dengan IP (sebab di IP juga sudah paket komplit, cuma jangan pernah puas terhadap ilmu itu baik). Dari pencarian tersebut, Alhamdulillah, saya bertemu dengan banyak orang-orang hebat. Kemudian ada 8 orang hebat yang berkenan mengajak saya bergabung bersama mereka untuk membuat buku bareng-bareng. Alhamdulillah bersama 8 orang hebat ini saya bisa mewujudkan 2 mimpi saya yaitu punya buku dan bukunya bisa mejeng di Gramedia. Terima kasih buat Geng Salihah Menulis (GSM) yang mau merekrut saya sebagai anggotanya hehehe. Ini dia penampakan buku GSM yang ada di Gramedia,
Gambar; instagram/lithaetr (tolong dilarisin ya, hehehe) |
3. Melakukan kegiatan atau hobi yang membuat kita bahagia
Setelah menyalurkan minat kita, hal ketiga yang saya lakukan adalah memulai rutinitas dari hal yang disukai atau sebaliknya, yaitu menutup hari dengan hal yang disukai. Buat IRT rutinitas harian itu tidak ada habisnya, betul? Jadi, saya mencoba mengakalinya dengan memulai kerjaan rutinitas itu dari hal yang paling kita sukai. Contoh: saya suka ngobrol jadinya saya memutuskan untuk belanja (biar bisa ngobrol sebentar, hehehe) terus masak, dan mengerjakan urutan rutinitas lainnya sesuai kadar kebahagian saya. Kalau semisal saya enggak begitu suka setrika, maka saya setrika baju sesuai kondisi saja, misalkan baju anak sekolah dan mau pergi pesta.
Gambar; womantalk |
Dengan begitu saya menjadi belajar menentukan skala prioritas pekerjaan saya juga. Pokoknya saya mendahulukan kebutuhan primer buat anak-anak. Contohnya: anak-anak harus sudah makan dan mandi baru saya menulis atau anak-anak sudah tidur baru saya menulis. Tetapi untuk hal ini dibuat sefleksibel mungkin tapi tetap konsisten, sehingga kebiasaan baik bisa ditimbulkan.
4. Membuat standar kebahagian versi kita sendiri
Setelah itu, hal keempatnya adalah membuat kriteria penilaian dan standar kebahagiaan. Apa ini? Ini adalah rem buat diri sendiri. Bila dari standar dan penilaian itu, saya butuh istirahat atau menyendiri sebentar atau jalan-jalan, maka ungkapkan.
Ibu juga manusia. Ibu bukan Superwoman.
Terkadang kita sebagai ibu suka lupa kalau kita harus bisa segalanya. Sebenarnya hal ini betul adanya, tapi yang perlu diingat kita itu juga manusia dan bukan superwoman. Ibu bisa lelah, capek, marah, dan sakit. Jadi berikanlah ruang agar kita bisa berbahagia. Jadi, jangan malu atau segan di kala kita butuh bantuan.Contoh: Bila sedang malas masak, ya sudah manfaatkan fasilitas teknologi Go-Food misalkan atau bila ada warteg atau warung makanan dekat rumah, ya beli saja. Lalu, bila malas nyuci dan nyetrika, ya laundry saja dulu.
5. Melakukan komunikasi dengan pasangan
Yang kelima, poin ini justru adalah sumber keberhasilan bagi semua poin di atas. Apa itu? Lancarkan komunikasi dengan pasangan.
Yups, poin kelima adalah kunci utamanya. Bagaimana sih caranya? Bisa baca dulu tips bersinergi dengan pasangan ini.
Itulah 5 hal ala saya dalam membuat kebahagiaan saya menjadi ibu kembali. Sebenarnya yang paling dasar perlu kita ingat adalah kita beruntung bisa menjadi ibu dan waktu ribet dan stres kita hanyalah sebentar. Di kala anak-anak sudah bisa melakukan segala aktivitas mereka sendiri, mereka tidak akan meribeti kita lagi. Jadi, syukuri saja waktu ribet kita ini sekarang (n_n). Nah, kalau ada sahabat yang ingin berbagi, silakan saja menulisnya di kolom komentar ya. InsyaAllah akan saya balas. Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar