Assalamualaikum Sahabat Lithaetr, mari masuki dunia parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).
Kemarin saya sempat membaca ulasan dari seorang teman, kalau ada Ustadz yang menyatakan kalau nonton drama Korea (drakor) itu jadi kafir. MasyaAllah saya langsung merasa tertampar sangat keras. Jujur saja, saya memang belum bisa sepenuhnya lepas dari godaan-godaan duniawi. Saya sangat salut dengan teman, rekan, kawan, dan sahabat yang sudah berhijrah. Benar-benar mereka meninggalkan banyak hal godaan duniawi. Namanya berubah ya pasti butuh proses. Banyak hal yang perlu ditingkatkan, salah satunya ilmu agama. Saya masih terus belajar dan saya berusaha apa yang saya lihat, dengar, dan jalani dalam hidup ini bisa menjadi pembelajaran positif, khususnya bagi diri sendiri.
Terkait dengan drakor (drama Korea), saya memang masih menontonnya., apalagi yang terbaru. Saya menonton sebagai pelepas lelah dan hanya hiburan semata. InsyaAllah, saya akan mulai menetapkan kembali prioritas dalam hidup saya, agar semakin dekat kepadaNya. Semoga saya bukanlah termasuk orang-orang yang tertutup, bahkan dicabut hidayahnya oleh Allah Swt. Naudzubillah min dzalik. Semoga dalam setiap tulisan saya bisa membawa ke surga, aamiin. Apalagi pagi tadi mendapat kabar kalau ayah dari seorang rekan telah berpulang. Hal ini menjadi pengingat saya bahwasannya kematian itu sangat dekat. Maka dari itu, kali ini saya akan mencoba menulis tentang drakor (drama Korea) terbaru yang dalam ceritanya mengingatkan kita dengan kematian. Memang ada? Simak terus di sini penjelasannya, ya.
Baca Juga:
Drakor yang akan kita bahas ini adalah drama Korea baru. Jadi, bisa baru saja tamat atau sedang tayang (on going). Kenapa bahas drama Korea terbaru, enggak yang lama saja? Ya, biar sahabat mudah dan cepat melacak drama Koreanya. Kemudian, biar kekinian dong. Kan, sudah beberapa kali nulis yang jadul juga, hehehe. Makanya biar blognya bervariasi, ya kadang menulis jadul, terkini, menghibur, menginspirasi, pembelajaran bersama, dan berbagi pengalaman. Semoga dengan variasi isi blog ini, sahabat tidak bosan membacanya jadi bisa terus mampir deh di sini.
Oke, biar tidak bertele-tele, marilah kita membahas drama Korea yang dalam ceritanya mengingatkan para penontonnya tentang kematian. Kok serem sih? Mmm… Sebenarnya sih kalau dari cara mereka menceritakannya tidak menyeramkan seperti sinetron Indonesia. Namun, karena di Korea mayoritasnya bukan muslim maka cara penyampaian atau ajarannya berbeda. Oleh sebab itu, saya akan mencoba mengemasnya dengan beberapa penyesuaian.
[1] Hotel Del Luna
|
Pemeran Jang man Wol (dibintangi IU) dan Goo Chan Seong (dibintangi Yeo Jin Goo) Gambar: instagram/hotel_del_luna |
Drama Korea yang baru saja tamat ini bercerita tentang seorang gadis bernama Jang Man Wol yang dikutuk di sebuah hotel. Hotel itu diperuntukkan bagi ruh-ruh gentayangan atau ruh-ruh yang masih punya penyesalan di dunia (urusan yang belum terselesaikan). Di Hotel Del Luna-lah para roh itu menyelesaikan segala urusannya barulah ia akan menyebrang ke akhirat. Di ceritanya drakor ini ada pesan jangan mendendam terhadap orang lain, apa yang kamu tanam itulah yang akan kamu tuai, dan pesan-pesan tentang kehidupan lainnya. Namun, yang paling penting kalau drama Korea ini mengingatkan kita tentang kematian.
Dalam Islam pun sudah dijelaskan kalau setiap makhluk yang memiliki jiwa pasti akan mati, termasuk manusia. Hal ini tertuang dalam Alquran surah Ali-Imran ayat 185,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang memperdayakan.”
Lalu, penjelasan tentang kematian itu adalah awal perjalanan kita menuju akhirat terdapat di dalam kisah Utsman (khalifah Islam ketiga) berikut ini,
Diambil dari sumber muslim.or.id (15/07/2008),
Suatu hari ada seorang yang bertanya: “Tatkala mengingat surga dan neraka engkau tidak menangis, mengapa engkau menangis ketika melihat perkuburan?” Utsman pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya liang kubur adalah awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat dari (siksaan)nya maka perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari (siksaan)nya maka (siksaan) selanjutnya akan lebih kejam.” (HR. Tirmidzi, beliau berkata, “hasan gharib”. Syaikh al-Albani menghasankannya dalam Misykah al-Mashabih).
Melihat penjelasan di atas, dalam ajaran Islam, manusia yang telah meninggal segala urusannya di dunia sudah selesai dan dia mempertanggung jawabkan semua perbuatan serta perkataannya di hadapan Allah Swt. Sebab, Allah-lah yang akan menjaga ruh-ruh manusia. Hal tersebut sudah difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Alquran surah Az-Zumar ayat 42, yang artinya,
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) ruh (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah ruh (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan ruh yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”
[2] Doctor John
|
Pemeran Cha Yo Han (dibintangi Ji Sung) Gambar: instagram.com/justin_jisung |
Drakor ini juga baru saja tamat. Bercerita tentang seorang dokter bernama Cha Yo Han yang mengidap sebuah penyakit langka CIPA (Congenital Insensitivity to Pain with Anhidrosis). CIPA adalah penyakit gangguan yang menyerang kepekaan saraf dalam merespon rasa sakit. Intinya, orang CIPA tidak bisa merasakan sakit, tidak bisa merasakan suhu panas atau dingin, dan tidak bisa berkeringat, sehingga harus benar-benar hati-hati dalam menjaga kondisi. Selain mengidap CIPA, Cha Yo Han juga seorang mantan narapidana. Ia dituduh membunuh pasiennya sendiri.
Doctor John adalah drakor yang bertema medis, maka wajar bila dalam ceritanya akan mengangkat soal kematian. Banyak pesan positif yang bisa diambil dari drakor ini. Namun, saya paling terenyuh dengan adegan yang ada di episode 22, yaitu percakapan antara seorang anak kecil dengan Cha Yo Han berikut ini,
“Ibuku pergi ke akhirat. Belum lama ini,” ujar seorang anak kecil, menatap langit. “Anda tahu seperti akhirat itu seperti apa?”
“Tidak. Aku belum tahu,” jawab Cha Yo Han.
“Kalau begitu, Anda tahu apa itu kematian?” tanya anak kecil itu lagi.
“Tidak juga,” jawab Cha Yo Han.
“Menurutmu, kapan seseorang akan mati? Apakah saat peluru menusuk jantung mereka? Bukan. Atau saat mereka memiliki penyakit yang tidak bisa disembuhkan? Bukan. Apa saat mereka makan sup jamur beracun? Bukan,” ucap anak kecil itu.
“Lalu kapan seseorang mati?” tanya Cha Yo Han.
“Saat mereka dilupakan oleh orang yang mereka cintai. Itu yang mereka katakan di film “Coco”. Jadi, aku tidak akan pernah melupakan dia. Ibuku. Orang tercantik di dunia,” ujar anak kecil itu.
Percakapan yang sederhana itu memiliki makna yang dalam bagi saya. Mengapa? Sebab dalam Islam, sebagai orang tua saya harus mengajarkan apa itu kematian kepada anak-anak saya. Tentu saja dengan bahasa yang bisa mereka (anak-anak saya masih balita) pahami. Selain itu, saya pun harus mengenalkan surga dan neraka. Kemudian, perbuatan apa saja yang dapat mengantarkan kita ke surga atau neraka. Hal-hal itulah yang harus saya tanamkan kepada anak-anak, agar mereka selalu berbuat kebaikan dan enggan melakukan keburukan.
Ternyata yang paling utama dalam mengajarkan anak-anak adalah menanamkan aqidah Islam pada anak, kemudian adab, dan barulah ibadahnya. Yang dimaksud dengan aqidah adalah hanya menggantungkan segala sesuatunya kepada Allah Swt. semata. Dilansir dari konsultasisyariah.com (28/12/2009), yang utama dalam mengajarkan anak-anak adalah membiasakan mereka dengan aqidah, adab-adab Islam, dan amalan Islam semenjak dini. Agar apa yang kita ajarkan itu benar-benar tertanam kokoh dalam jiwa mereka. Hal ini terdapat dalam hadis Rasulullah berikut ini,
“Dari sahabat Ibnu Abbas ia berkata: Suatu hari aku membonceng Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda kepadaku: ‘Wahai nak, sesungguhnya aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat: Jagalah (syariat) Allah, niscaya Allah akan menjagamu, jagalah (syariat) Allah, niscaya engkau akan dapatkan (pertolongan/perlindungan) Allah senantiasa di hadapanmu. Bila engkau meminta (sesuatu) maka mintalah kepada Allah, bila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah (yakinilah) bahwa umat manusia seandainya bersekongkol untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu manfaat melainkan dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan untukmu, dan seandainya mereka bersekongkol untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu selain dengan suatu hal yang telah Allah tuliskan atasmu. Al Qalam (pencatat takdir) telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering.’” (Riwayat Ahmad dan At Tirmizy).
Iya, mengajarkan kepada anak-anak tentang ke-Esa-an Allah Swt. lebih utama. Kemudian selalu melibatkan Allah dalam setiap berkegiatan mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Jika pembiasaan ini terus menerus dilakukan, InsyaAllah kecintaan anak-anak dalam berbuat baik akan tumbuh seiring pemahamannya tentang adab dan ibadah bertambah. Maka ia pun akan mulai memahami bahwa dengan mengingat kematian, akan semakin membuat mereka berlomba berbuat kebaikan.
[3] Welcome 2 Life
|
Tim Investigasi Kasus Khusus yang Diketuai oleh Lee Jae Sang (dibintangi oleh Rain) Gambar: instagram.com/mbcdrama_now |
Drama Korea ini masih on going (masih tayang) dan hanya tinggal meyisakan beberapa episode lagi. Drakor ini bercerita tentang Lee Jae Sang seorang pengacara yang zalim dan licik. Demi meraih keuntungan dia tega membela orang-orang jahat, hingga sebuah kecelakan yang sempat membuatnya koma dan akhirnya bisa merubah prinsip sekaligus jalan hidupnya.
Dalam cerita Welcome 2 Life, Lee Jae Sang menyampaikan kalau dia pernah hampir meninggal, sehingga saat diberikan kesempatan kedua untuk hidup kembali, dia ingin berubah dengan menegakkan keadilan. Kisah drakor ini sebenarnya mirip seperti orang koma dan mati suri. Biasanya jika orang-orang yang pernah mengalami pengalaman hampir meninggal, saat mereka sembuh atau mendapat kehidupan kedua, orang-orang tersebut akan berusaha menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Mungkin sahabat pun pernah mendengar atau menyaksikan kesaksian atau pengalaman orang-orang yang berubah karena dia pernah koma atau mati suri. Jadi, saya merasa drakor ini mengajarkan untuk tidak menyia-nyiakan kehidupan ini.
Dalam Islam, kita pun tidak boleh menyia-nyiakan waktu, sebab kita akan rugi sendiri nantinya. Hal tersebut sudah terkandung dalam firman Allah Swt. dalam surah Al-Ashr ayat 1 sampai 3, yang artinya:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Memang sebaiknya kita bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Salah satunya dengan terus berbagi kebaikan lewat tulisan. Itulah 3 drama Korea terbaru yang mengingatkan kita dengan kematian. Apakah sahabat memiliki film atau buku atau drakor yang juga menginspirasi? Silakan berikan tanggapannya di kolom diskusi ya. Terima kasih.
Baca Juga:
Komentar
Posting Komentar