5 Alasan Say No To Drakor ala Lithaetr
5 Alasan Say No To Drakor ala Lithaetr
“Aku ingin mengabaikannya tetapi ia terus mengganggu pikiranku. Aku selalu ingin menghindarinya tapi ia terus saja membuatku cemas. Aku ingin tahu perasaan apa yang kurasakan saat ini.” – kutipan dialog karakter Lee Kang dalam drakor Chocolate.
Kata-kata itulah yang juga menurut saya perlu ketika memutuskan untuk menonton drakor. Jika menurut saya tidak ada getaran dalam hati, maka dengan berat hati, akan saya katakan, “Aku Say No To Drakor Itu”.
“Hiduplah berdasarkan kenyataan, jangan berdasarkan rumor.” – kutipan dialog karakter Kim Shin dalam drakor Goblin.
Dialog ini begitu melekat sebab kita memang hidup di dunia yang katanya panggung sandiwara, jadi beranilah katakan “Say No To” untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip hidupmu.
Assalamualaikum sahabat lithaetr, mari masuki dunia parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).
Weits, ada apa dengan judul hari ini? Ada apakah saya sampai mengatakan “Say No To Drakor”? Hehehe, iya ini adalah untuk menyelesaikan tantangan dari grup drakor dan literasi dari ibu-ibu pecinta drama Korea (drakor) di KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional). Topik ini diangkat agar kami bisa mengatakan, kalau waktu kami enggak cuma habis untuk nonton drakor, kok. Kami juga punya kesibukan realita yang perlu diutamakan. Jadi, jangan pandang kami cuma menghabiskan waktu yang tidak berguna dengan hanya nonton drakor melulu.
Oleh sebab itu, topik ini bisa memberikan jawaban ternyata ada juga lo, drakor yang tidak kami nonton menurut versi kami masing-masing. Jadi, bisa juga kami tidak cocok di masalah tontonan, tapi bukan berarti hal itu akan membuat ibu-ibu pecinta drakor KLIP terpecah. Mengapa? Karena emang lebih banyak cocoknya dan obrolan kami itu enggak melulu soal drakor, walaupun kebanyakan itu. Tapi kami juga saling berbagi soal kegelisahan para ibu pada umumnya. Nah, drakor bagi kami cuma sebagian kecil pelepas penat di kala beraktivitas. Jadi, wajar jika memilih tontonan yang bisa menghibur, iya kan?
Kemudian, kami angkat topik ini menjadi tulisan dengan versi kami masing-masing. Kira-kira sahabat, penasaran dengan “Say No To” Drakor versi saya? Yuk, tetap ikutin curhatan (curahan hati) saya di sini.
Entah mengapa, saya itu menganut harus ‘jatuh cinta pada pandangan pertama’ dalam memutuskan sesuatu. Yups, menurut saya, jika saya bergetar hatinya terhadap apa yang saya pilih, maka saya akan menjalani keputusan itu dengan sepenuh hati. Tapi jika hati saya hanya setengah-setengah, bisa jadi di tengah jalan, saya bisa berhenti atau saat terkena masalah, saya merasa tertekan begitu dalam. Jadi, saya memilih untuk memiliki semangat sepenuh hati hingga akhir, hehehe. Begitu pun dalam memilih drakor. Saya punya beberapa kriteria tersendiri sebelum memutuskan menontonnya. Apa sajakah, itu?
1] Tidak suka dengan pemain drakornya
Sebenarnya poin nomor satu ini subjektif banget, tapi justru yang paling umum dialami kebanyakan orang. Suka dan tidak suka menjadi pilihan. Begitu pun dengan saya. Penulis punya beberapa nama pemain drakor yang enggan untuk saya tonton. Salah satunya, pemeran utama wanita yang bermain dalam drakor The World of The Married, yaitu aktris Kim Hee Ae.
Mengapa saya tidak suka Kim Hee Ae? Sebab, saya pertama kali menonton dia berakting di waktu yang salah. Saya tahu pertama kali aktris tersebut saat beradu akting sama aktor Yoo Ah In, dalam drakor Secret Affair. Dalam drakor tersebut, Kim Hee Ae menjadikan Yoo Ah In sebagai selingkuhan. Nah, karena saya penggemar si aktor, jadilah saya tidak Terima, hahaha. Makanya, sejak saat itu saya agak memilih-milih. Jika ada aktris ini, biasanya sih, saya “Say No To”.
2] Tidak suka jalan ceritanya
Poin keduanya juga umum terjadi pada setiap orang, kan? Hehehe. Biasanya kalau saya suka sama aktris atau aktornya, saya akan nonton drakornya, tapi jika saya memutuskan “Say No To” berarti ada faktor lain yang membuat saya berhenti melanjutkan tontonan drakor tersebut. Biasanya sih, karena tidak suka jalan ceritanya.
Tidak semua drakor itu enak jalan ceritanya. Bisa jadi di awal-awal kurang oke, tapi begitu masuk ke episode pertengahan bagus, begitu pula sebaliknya. Nah, salah satu drakor yang saya tidak lanjutkan untuk melanjutkan nonton setelah beberapa episode itu drakor Where Stars Land, Sky Castle, dan When The Weather is Fine.
Mengapa saya tidak melanjutkan menontonnya? Karena menurut saya alurnya terlalu lambat dan mendayu-dayu. Saya suka aktor dan aktris pemeran utamanya, tapi saya enggak cocok dengan jalan cerita drakornya. Jadilah dengan berat hati, setelah menonton beberapa episode, saya memutuskan untuk “Say No To” melanjutkan menonton hingga akhir.
3] Tidak suka dengan tema ceritanya
Tidak suka dengan tema ceritanya, juga adalah hal wajar yang terjadi pada setiap orang. Tema cerita yang tidak cocok untuk saya adalah perselingkuhan. Iya, menurut saya, tema cerita itu tidak membuat saya bahagia dalam menontonnya. Mau sebagus apa ratingnya, saya tetap “Say No To”.
Tapi ada 2 drakor tema perselingkuhan yang saya tonton, karena saya suka sama aktrisnya yaitu Jang Nara, yaitu The Last Empress dan VIP. Itu pun perlu perjuangan saat menontonnya. Namun, jika ke depan ada tema perselingkuhan lagi, saya tetap “Say No To”.
4] Tidak tahu siapa pemainnya
Tak kenal maka tak sayang, yups, itulah alasan mengapa poin nomor empat ini ada. Poin nomor empat ini biasanya terjadi buat aktor atau aktris pendatang baru, yang saya belum pernah lihat dia di drakor-drakor yang pernah saya tonton. Kalau enggak, pemainnya kebanyakan aktor atau aktris lawas, jadilah saya harus mempertimbangkan banyak hal untuk menontonnya. Bisa juga, karena aktor atau aktris yang main bukanlah aktor atau aktris yang saya sukai. Nah, biasanya saya memilih untuk “Say No To” dulu. Kalau sudah melihat referensi dan rating, barulah saya memutuskan untuk menontonnya atau tetap tidak.
Ada 2 drakor yang saya berhasil menyelesaikan nontonnya, walaupun ada kategori poin nomor empat ini di dalamnya. Dua drakor tersebut adalah Five Children atau Five Enough dan All About My Mom. Walaupun saya, enggak tahu semua pemainnya, hanya beberapa tahu tapi bukan termasuk favorit saya, namun menurut rekomendasi drakor ini oke, jadilah saya mencoba menontonnya dan hasilnya cukup memuaskan.
5] Tidak suka dengan genrenya
Emang bedanya genre sama tema apa? Ibarat pelajaran biologi, ada banyak klasifikasi untuk satu jenis spesies makhluk hidup, begitu juga untuk hasil karya seni. Ada yang namanya tema dan genre. Kalau tema untuk jalan cerita, kalau genre lebih ke penggolongan tematik keseluruhan cerita. Contohnya genre itu horor, thriller, romantisme, medis, detektif, imajinasi, dan lain sebagainya. Nah, dari banyaknya genre tersebut ada beberapa genre yang saya anti dan memutuskan “Say No To”.
Genre horor dan thriller yang biasanya saya hindari. Saya merasa tidak bisa menikmati genre-genre tersebut. Entah mengapa, saya banyak terbayang-bayang setelah menontonnya dan bisa tidak enjoy dalam menjalani kehidupan nyata. Jadilah, mending “Say No To” saja. Tapi ada sih, yang drakor dari genre tersebut masih saya tonton, karena biasanya dibalut lagi genre romantis atau komedi, dan yang paling penting karena aktor atau aktrisnya adalah idola saya, seperti Master Sun, Let’s Fight Ghost, Oh My Ghost, Black, Catch The Ghost, dan Hi, Bye Mama!
Saat saya melihat drakor tersebut walau berat bisa jadi pengecualian, tapi kalau dirasa terlalu berat, seperti Stranger From Hell, mohon maaf banget, saya tetap harus “Say No To”.
Itulah 5 alasan saya “Say No To” Drakor. Sekali lagi, saya masih belajar juga soal memperbaiki diri ini, walaupun salah satu hiburan saya itu drakor bukan berarti saya hanya menghabiskan waktu dengan menonton saja. Saya mencoba apa yang saya lihat dan dengar, bisa dijadikan sebuah pelajaran berharga bagi orang lain. Adakalanya kita perlu pendekatan berbeda, untuk mengajak ke kebaikan, betul? Kalau sahabat tidak suka drakor, kira-kira alasannya apa ya? Apakah sama dengan teman-teman saya ini? Silakan, berikan tanggapan ya, sahabat. Terima kasih.
*Topik 6. Jenis Drama Korea yang enggan ditonton*
1. Alienda – Bandung
2. Ima – Sukabumi
3. Rijo – cikarang
4. Gita – Bandung
5. Deya-Depok
6. Risna – Chiang Mai
7. Asri – Batam
8. Lala – Bandung
9. lendyagasshi – Bandung
10. Dwi – Jakarta
Komentar
Posting Komentar