Bersama Ibu Profesional, Inilah 3 Kunci Jadi Ibu Kebanggaan Keluarga versi Lithaetr
Bersama Ibu Profesional, Inilah 3 Kunci Jadi Ibu Kebanggaan Keluarga versi Lithaetr
Assalamualaikum Sahabat Lithaetr, mari masuki dunia parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).
Awal bulan, izinkanlah saya menuliskan mimpi saya. Wah, kenapa nih, tiba-tiba membicarakan mimpi? Alhamdulillah, setelah menunggu sekian purnama, hehehe, akhirnya saya berkesempatan untuk bisa kembali belajar di Ibu Profesional (IP), lewat kelas ‘Bunda Sayang’ (bunsay).
Apa itu Ibu Profesional?
Buat sahabat Lithaetr yang belum mengetahui apa itu Ibu Profesional, saya akan berusaha menjelaskannya sedikit. Ibu Profesional itu adalah forum belajar bagi ibu dan calon ibu yang ingin meningkatkan kualitas dirinya sebagai ibu, istri, dan perempuan. Di IP inilah, kita akan diajak untuk semakin mengenal siapa diri kita. Setelah itu, kita diajak untuk bertumbuh, belajar, dan saling menguatkan diantara sesama perempuan.
Hal tersebut tentu saja dimaksudkan agar ketika kita ada masalah, kita tidak sendiri. Ada juga lo, perempuan-perempuan di luar sana yang mengalami nasib serupa dan mungkin saja ada yang lebih parah dari apa yang kita alami. Setelah bergabung di IP sejak 2017, sudah ada perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri ini.
Salah satunya adalah mengetahui pentingnya seorang ibu harus belajar atau memiliki ilmu dalam mendidik anak-anaknya. Memang mengapa ibu perlu belajar dalam mendidik anak-anaknya? Simak terus penuturannya di sini.
“Seseorang datang kepada Rasulullah Saw dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas itulah, yang membuat saya kembali mengevaluasi diri. Begitu mulia posisi seorang ibu dalam Islam, tapi saya merasa masih perlu banyak bebenah untuk menjadi ibu yang baik. Oleh karena itu, setelah belajar di Ibu Profesional, di kelas matrikulasi, saya semakin sadar kalau saya masih perlu menimba ilmu dari pengalaman perempuan-perempuan hebat lainnya, lewat kelas ‘bunsay’.
Bila di matrikulasi adalah mempersiapkan para ibu dan calon ibu, agar memiliki satu frekuensi yang sama soal makna kebahagiaan sebagai seorang ibu, istri, dan perempuan. Lalu, menambah wawasan tentang kemampuan apa saja yang diperlukan agar perempuan bisa bertumbuh menjadi lebih baik, maka di kelas ‘bunsay’, kita akan mempelajari tentang bagaimana mendidik anak dengan mudah dan menyenangkan.
Tentu saja, pelajaran tersebut sangat saya butuhkan. Apalagi dalam Alquran sudah dituliskan bahwa mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua. Salah satunya,
“Dan hendaklah mereka takut kepada Allah, seandainya mereka meninggalkan sepeninggal mereka anak keturunan yang lemah. Hendaklah mereka khawatir terhadap mereka.” (QS. An-Nisa ayat 9).
Pesan itulah, yang membuat saya merasa perlu ilmu dalam mendidik anak-anak. Pastinya saya juga memerlukan beberapa referensi pengetahuan sebelum belajar di ‘bunsay’, salah satunya adalah rumus ‘Humantouch’. Apakah rumus ‘Humantouch’ itu?
Diambil sedikit dari buku ‘Menawarkan 10 Sentuhan’, karya Dr. Thariq M. As-Suwaidan, rumus ‘Humantouch’ itu adalah 10 sentuhan untuk membangkitkan potensi diri anak. Inilah 10 sentuhan atau caranya dalam meningkatkan potensi anak, yang mana cara tersebut terdapat di uraian huruf nan tersusun dalam kata ‘Humantouch’, berikut ini,
Hear him, dengarkan pendapatnya.
Understand His Feelings, pahami perasaannya.
Motivate His Desire, dorong semangatnya.
Appreciate His Effort, hargai usahanya.
News Him, beritakan dan ceritakan tentangnya.
Train Him, latihlah dia.
Open His eyes, buka pandangan dan wawasannya. (Sumber dari: islampos.com)
Tapi bagaimana cara mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, saya juga masih berproses melakukannya. Saya pun perlu belajar lagi ilmu pengasuhan dalam mendidik anak ini, yang tentu saja akan saya dapatkan nanti di kelas ‘bunsay. Yang mana ilmu-ilmu baru tersebut akan saya kolaborasikan dengan referensi-referensi yang telah saya miliki sebelumnya.
Sebagai perkenalan atau awalan, saya memasuki kelas ‘pra bunsay’ terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan agar kami bisa menyamakan persepsi dalam konsep dan tujuan menuntut ilmu. Selain itu, kita dituntun untuk menemukan jawaban apakah kunci dari ‘Ibu Kebanggaan Keluarga’. Dari kelas inilah, saya merasa menemukan kunci jadi ‘Ibu Kebanggaan Keluarga’.
Apa sajakah kunci jadi ‘Ibu Kebanggaan Keluarga’ itu? Inilah jawabannya,
1) Berpikir Kritis
Inilah ilmu pertama yang disampaikan dalam kelas ‘pra bunsay’. Mba Rima sebagai pemateri pertama menyampaikan kalau sebagai perempuan, khususnya ibu kita perlu berpikir kritis, dengan menerapkan rumus ‘3B’. Rumus apakah itu? 3B itu adalah baik, benar, dan bermanfaat.
Di masa globalisasi seperti saat ini, kita memang perlu berpikir kritis, khususnya menerapkan rumus ‘3B’, dalam menyeleksi dan menyaring setiap informasi yang kita dapatkan. Apakah informasi tersebut baik, apakah informasi tersebut benar adanya, apakah informasi tersebut bermanfaat bagi pribadi, keluarga, atau orang sekitar, menjadi dasar dalam menyeleksi informasi-informasi yang kita terima.
Hal tersebut dimaksudkan agar kita tidak terkena tsunami atau gelombang informasi atau bahasa kerennya adalah ‘hoax’. Oleh karena itu, saya merasa berpikir kritis bisa menjadi kunci di saat kita ingin berpredikat sebagai ‘Ibu Kebanggaan Keluarga’.
2) Siap berbagi dan melayani
Sejak menjadi bagian dari Ibu Profesional, semboyan siap berbagi dan melayani pelan-pelan merasuk ke dalam sanubari. Dari semboyan tersebut membuat kita berani untuk berbagi dan melayani sesuai kemampuan kita, walaupun sedikit atau kecil.
Harapannya kita bisa berani untuk memberikan hal positif lain kepada orang lain, agar kita bisa mendapatkan kenikmatan atau keberkahan dari berbagi dan melayani. Di Ibu Profesional kami juga diajarkan untuk tidak berpikir pamrih, dalam berbagi dan melayani, hal tersebut dikarenakan kita mencari rida dan kemuliaan dari Allah Swt, sehingga pamrih atau penghormatan dari sesama manusia bukan lagi menjadi yang utama. Oleh sebab itu, semboyan siap berbagi dan melayani ini menjadi kunci kedua bila ingin menjadi ‘Ibu Kebanggaan Keluarga’.
3) Pentingnya mengetahui kalau kita spesial dan bisa memberikan dampak positif untuk sekitar
Poin ketiga ini adalah materi kedua yang saya dapatkan di kelas ‘pra bunsay’. Mba Farda sebagai pemateri kedua memberikan ilmu tentang makna dari Ibu Profesional. Dari materi itulah, saya merasa kalau ada esensi penting bagi diri ini, yaitu menyadari betapa pentingnya kalau kita itu spesial.
Cobaan atau ujian dalam kehidupan terkadang suka membuat kita tidak bahagia, oleh karena itu perlunya kita tetap berpikir kalau kita spesial dan bisa memberikan dampak positif untuk sekitar, akan memberikan energi positif bagi diri ini. Pentingnya memiliki rekan yang sefrekuensi, akan membuat kita ingin terus bertumbuh lebih baik. Di Ibu Profesional-lah saya merasa menemukan hal tersebut. Maka dari itu, poin ketiga ini juga menjadi kunci jika ingin berpredikat sebagai ‘Ibu Kebanggaan Keluarga’.
Namun yang paling utama nan paling membuat saya bergairah untuk menuntut ilmu di Ibu Profesional adalah karena janji Allah Swt. yang sudah tertulis dalam hadis Rasulullah Saw. berikut ini,
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah Ta’ala akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Itulah 3 kunci yang saya temukan agar bisa menjadi ‘Ibu Kebanggaan Keluarga’. Kira-kira sahabat Lithaetr, tertarik tidak untuk belajar dan bergabung di Ibu Profesional? Silakan berikan komentar, kritik, dan sarannya, ya. Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar