5 Alasan Menulis ala Lithaetr, No. 1 itu Alasan Klasik
5 Alasan Menulis ala Lithaetr, No. 1 itu Alasan Klasik
Assalamualaikum Sahabat Lithaetr, mari masuki dunia parenting, inspirasi, dan hiburan (musik, film, buku, dan drama Korea).
“Apa sih, yang kamu dapatkan dari menulis?” tanya seseorang kepada saya.
Kira-kira kalau Sahabat Lithaetr mendapatkan pertanyaan seperti itu, apa yang pertama kali terlintas di benakmu? Entah mengapa saat itu yang terlintas dibenak saya adalah tentang pendapatan. Pemikiran manusiawi jika ujung-ujungnya uang, betul? Itulah juga yang menjadi salah satu alasan menulis saya.
Efek pandemi sedikit banyak membuat saya jadi lebih sensitif. Jadilah mempengaruhi ke pola pikir dan sikap yang jadi lebih protektif, sekaligus agak berlebihan dalam menanggapi sesuatu. Itulah penyebab mengapa saat itu, saya langsung berpikir tentang pendapatan.
Enggak bisa dibohongi kalau semua orang terkena dampak dari adanya pandemi ini. Makanya, saya pun perlu mencari cara agar beberapa kegiatan saya, bisa memberikan penghasilan tambahan.
Saat saya memutuskan untuk menulis kembali setelah berhenti bekerja, ada beberapa pro kontra yang terjadi juga. Apakah saja itu? Jika masih berkenan membaca curahan hati saya di awal bulan ini, silakan meneruskannya di sini, ya.
Latar belakang Lithaetr memilih menulis
– Apakah menulis itu bakat?
Dari kecil saya suka sekali menulis. Sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar, saya senang banget jika mendapatkan tugas mengarang bebas. Sehingga, waktu itu sempat ikut serta lomba mengarang bebas mewakili sekolah.
Melihat minat saya di dunia menulis, almarhumah mama sempat mengatakan kalau itu sudah bakat saya, karena eyang ayah saya juga terjun di bidang kepenulisan. Namun seiring berjalannya waktu, perkataan mama soal menulis itu bakat menjadi terpatahkan.
Beberapa fakta baru membuat saya belajar kembali kalau menulis itu bukan bakat, melainkan perlu terus diasah agar semakin luar biasa. Tentu saja fakta-fakta temuan ini saya dapatkan ketika mengikuti kelas-kelas menulis. Baik secara online maupun offline.
Salah satunya seperti kelas yang sedang saya ikuti, yaitu ‘Kelas Growth Blogger’. Di materi pertama dengan pembicara Mbak Monica Anggen (Monica), saya sudah mendapatkan materi yang luar biasa.
Mbak Monica, menceritakan pengalaman beliau sejak terjun ke dunia menulis. Cerita tersebut seketika langsung memotivasi saya. Dari situlah saya semakin paham, kalau setiap proses tindakan akan pernah mengkhianati hasil.
Oleh karena itu, saya pun juga semakin mantap memutuskan untuk terus berproses di dunia menulis. Sebab, menulis adalah kegiatan yang paling menyenangkan bagi saya.
Apalagi setelah saya berhenti bekerja dan lebih banyak mengurus anak-anak, sekaligus pekerjaan rumah yang terkadang terkesan tidak ada habisnya, hehehe. Menulis bisa menjadi pelarian saya.
Pandangan orang terdekat terhadap kegiatan saya menulis
Di awal-awal setelah berhenti bekerja, saya mencoba menjadi reseller dari sebuah baju muslim anak, Deary Castle dan Bayi Banget Hijab. Dari situlah, awal dunia saya mengenal dunia menulis semakin luas. Lo, kok bisa dunia bisnis malah semakin mengenal dunia menulis?
Ternyata dunia bisnis dan dunia menulis itu berteman akrab. Kalau mau jago bisnis, sebaiknya punya keahlian menulis, begitupun sebaliknya. Kalau sudah bisa menulis, ya harus mencoba berbisnis.
Akhirnya dari situlah, saya memberanikan diri untuk kembali menulis dan meninggalkan dunia reseller tersebut. Di awal saya memutuskan untuk berhenti jualan secara online, tanggapan pertama datang pastinya dari orang terdekat yaitu suami, orang tua, dan mertua.
Jika suami dan orang tua, yaitu papa (sebab mama sudah tiada), menanggapi dengan positif keinginan saya. Akan tetapi lain halnya dengan mertua. Orang tua saya yang kedua itu sempat bertanya, “Mengapa kok, berhenti jualannya, padahal sudah lumayan, kan?” Ketika itu suami saya hanya menjawab, “Doain ya Bu, semoga dengan menulis Litha bisa lebih bahagia, bermanfaat buat orang lain, dan kalau pun ada bonusnya bisa sama nanti dengan waktu bisnis online.”
Itulah permintaan restu saya, diwakilkan oleh suami, agar kegiatan menulis saya bisa tetap lancar, berkah, dan memberikan manfaat. Baik untuk kami sekeluarga dan orang lain. Lalu, apa sih, alasan menulis saya yang sebenarnya?
Alasan Menulis ala Lithaetr
– Ujung-ujungnya uang
Poin nomor satu ini alasan klasik, betul? UUD (Ujung-ujung duit atau uang), adalah hal pertama yang membuat saya tetap bertahan menulis. Jika dikembalikan ke pertayaan paling atas tadi, saya sebenarnya belum bisa menjawab dengan lantang kalau segini lo, penghasilan saya dari menulis.
Mbak Monica sendiri juga menyampaikan kalau tak ada masalah kalau alasan menulis itu karena uang. Akan tetapi, mendapatkan uang dari menulis itu tak mudah. Butuh proses yang lumayan panjang juga, hehehe.
Lalu, mengapa saya tetap menulis? Sebab, bagi saya menulis itu investasi. Yang namanya investasi itu enggak langsung kelihatan hasilnya, tapi ketika saatnya hasil dari situ bisa dinikmati, betapa enak nantinya.
Cocoklah dengan pesan dari Mbak Monica, kalau kita tetap harus bersyukur terhadap apapun hasil yang sudah kita terima. Dari belajar mensyukuri hal kecil, maka kita mendapatkan hal besar, kita akan tetap rendah hati.
– Tempat menaruh kenangan
Saya suka banget sama lagu Raihan yang berjudul Demi Masa. Lagu tersebut sebenarnya terinspirasi dari Alquran surah Al-‘Asr. Manusia paling merugi itu adalah dengan waktu. Inilah lagu Raihan yang menjadi favorit saya,
Tanpa kita sadari mungkin banyak waktu yang bisa saja sudah terbuang sia-sia. Oleh karena itu, alasan menulis saya yang kedua adalah untuk tempat menaruh kenangan.
Saya merasa perlu tempat untuk membuat kenangan, agar tidak sia-sia. Saya ingin menuliskan semua yang saya rasa, baca, tonton, dan dengarkan. Setidaknya untuk pekerjaan sepele sekali pun, saya ingin bisa menjadi kenangan, dan tidak sia-sia. Kali saja bonusnya, bisa mendapatkan keberkahan dan pahala.
– Berbagi ilmu
Saya tipikal pembelajar yang kalau mendengarkan saja, enggak akan masuk. Jadilah harus membaca dan mencatat. Itulah alasan menulis saya selanjutnya, dari menulis saya bisa berbagi ilmu. Berharap dari catatan-catatan pelajaran, ada secuil ilmu yang dibagikan buat rekan, teman, dan sahabat.
Mbak Monica juga sempat menyinggung soal alasan menulis ini. Kalau memang ini menjadi niatan awal, fokus saja. Berbagi terus saja lewat tulisan, sementara untuk hasilnya bagaimana? Biarkan saja Tuhan yang Mengatur.
– Tempat mengekspresikan diri
Sudah sempat saya singgung kalau menulis adalah tempat pelarian saya, ketika jenuh dengan segala rutinitas yang ada. Dengan menulis saya bisa bebas berekspresi apa saja. Saya mau marah, sedih, menangis, tertawa, dan lain sebagainya.
Jika aktor atau aktris mengekspresikan aktingnya di atas panggung atau layar kaca atau layar lebar, maka bagi saya menulis adalah tempat mengekspresikan diri.
Saya merasa bisa menjadi tuhan di dunia khayal saya sendiri. Dengan cara bisa menciptakan tokoh-tokoh yang sesuai dengan kemauan saya. Kalaupun tidak membuat cerita saya bisa membuat puisi. Dari puisi saya bisa mengeluarkan unek-unek saya secara tersirat.
Semisal hanya menulis curahan hati semata, setidaknya saya mencoba membuatnya seelegan mungkin, agar tetap ada pembelajaran yang bisa dipetik di dalamnya. Sehingga saya pun kembali belajar untuk menerima, bersabar, dan bersyukur.
– Wasiat buat anak-anak
Alasan menulis saya yang kelima adalah saya ingin meninggalkan wasiat untuk anak-anak. Saya merasakan betul bagaimananya terpukulnya saya di saat mama meninggal dunia. Saya merasa banyak ilmu yang belum saya dapatkan dari beliau. Saya merasa belum banyak mengenal sosok almarhumah mama.
Dari pengalaman itulah, saya mulai menulis. Saya berharap suatu saat, ketika anak-anak sudah mulai dewasa, mereka bisa mengenal sosok bundanya melalui tulisan saya.
Itulah 5 alasan menulis ala Lithaetr. Saya benar-benar merasa senang bisa bergabung di ‘Kelas Growth Blogger’ dan mendapatkan materi dari Mbak Monica. Saya seperti mendapatkan suntikan lagi kalau siapapun kita, apapun profesi dan latar belakang pendidikan kita, kita tetap bisa meraih mimpi.
Tentu saja ada kuncinya untuk bisa mewujudkan mimpi itu, menurut Mbak Monica, ada 5 hal:
- Banyak membaca dan belajar terus
- Jangan hanya melihat, tapi juga mengamati
- Mengerjakan segala sesuatunya dengan versi terbaik kita
- Menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Tuhan Yang MahaEsa
- Jadilah orang yang jujur, bisa dipercaya, dan tidak manipulatif
Bagaimana setuju, kan dengan pesan yang luar bisa dari Mbak Monica? Silakan berikan tanggapannya ya, Sahabat. Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar